Selasa, 04 Oktober 2011

KMB


Radang

A.   PENGERTIAN
Radang atau inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Menurut Kamus Kedokteran Dorland:
Radang ialah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu.
Menurut Katzung (2002):
Radang ialah suatu proses yang dinamis dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau injury (jejas) yang dilakukan terutama oleh pembuluh darah (vaskuler) dan jaringan ikat (connective tissue).
B.   TERMINOLOGI TERKAIT RADANG
Edema : cairan yang berlebihan dalam jaringan interstisial atau rongga tubuh; dapat berupa eksudat ataupun transudat.
Eksudat : cairan radang ekstravaskular dengan kadar protein yang tinggi dan debris seluler; berat jenisnya di atas 1,020.
Eksudasi : ekstravasasi cairan, protein, dan sel-sel darah dari pembuluh darah ke dalam jaringan interstisial atau rongga tubuh.
Pus : nanah; eksudat radang yang purulen & banyak mengandung sel-sel neutrofil serta debris.
Transudat : cairan ekstravaskular dengan kadar protein yang rendah dan berat jenis di bawah 1,012; pada hakekatnya, transudat merupakan ultrafiltrat plasma darah yang terbentuk karena kenaikan tekanan cairan atau penurunan tekanan osmotik di dalam plasma.
 C.   FUNGSI
  1. Melokalisasi dan mengisolasi jaringan yang mengalami jejas melindungi jaringan sekitar yang sehat
  2. Menetralisasi dan inaktifasi zat-zat toksis  yang dihasilkan oleh faktor humoral dan enzim
  3. Merusak dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme yang menginfeksi
  4. Mempersiapkan daerah yang sakit untuk penyembuhan dan perbaikan

D.    PERAN
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi
  1. memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk meningkatkan performa makrofaga
  2. menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
  3. mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.
E.     MACAM –MACAM RADANG
     Macam-macam radang yang sering terjadi, yaitu:
A. Radang Tenggorokan
Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri di tenggorokan sehingga si penderita susah sekali saat menelan makanan. Radang tenggorokan atau faringitis akut sering diikuti dengan gejala flu seperti demam, sakit kepala, pilek, dan batuk. Disebarkan oleh virus EBV atau kuman Strep.
Pyogenes, radang tenggorokan mudah dikenali dengan memeriksakannya ke dokter THT. Jika daerah faring ditemukan peradangan dengan tanda berupa kemerahan serta terjadi pembesaran pada kelenjar limfe regional di sekitarnya, bisa dikatakan orang tersebut menderita radang tenggorokan. Pada kasus yang sudah berat, di tenggorokan akan dijumpai nanah atau eksudat.
Dalam beberapa kejadian, penyakit radang tenggorokan tidak bersifat serius. Sebagian besar penderita akan sembuh setelah tiga sampai dengan sepuluh hari tanpa terapi yang biasanya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
Memang masalah utama seorang penderita radang tenggorokan adalah rasa tidak nyaman dan tidak bisa bernapas secara wajar.
Untuk radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptococcal, antibiotik bisa diberikan kepada si pasien agar komplikasi seperti demam rematik bisa dihindari. Jika hal ini tidak segera ditangani, ancaman diptheria mengintai kesehatan si penderita.
Gejala-gejala seorang penderita radang tenggorokan:
1. Bengkak, berwarna merah pada tenggorokan
2. Susah berbicara, menelan, dan bernapas
3. Biasanya terjadi benjolan di sekitar leher
4. Demam tinggi
5. Sakit kepala yang luar biasa
6. Telinga pekak
Perawatan yang harus dilakukan adalah memberi si penderita dengan aspirin. Selain itu berikan air panas yang telah ditambahi satu sendok makan garam. Ini akan mengurangi rasa sakit akibat radang tenggorokan.Patut diingat, pemberian antibiotik hanya boleh dilakukan pada penderita radang tenggorokan akibat bakteri. Obat-obatan tersebut efektif membunuh bakteri tapi tidak menghilangkan virus.Hal lain yang dapat mengurangi risiko terkena radang tenggorokan adalah tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
B. Radang Usus Buntu
Radang usus buntu merupakan peradangan pada usus buntu, yaitu sebuah usus kecil yang berbentuk jari yang melekat pada usus besar di sebelah kanan bawah rongga perut. Usus buntu yang mengalami peradangan kadang-kadang pecah terbuka, yang menyebabkan peradangan selaput perut(peritonitis).
Peradangan selaput perut adalah peradangan yang gawat dan mendadak pada selaput yang melapisi dinding dalam rongga perut atau pada kantong yang membungkus usus. Peradangan ini terjadi kalau usus lainnya pecah atau robek.
Penyebab umum adalah:
Adanya benda kecil atau keras (faecaliths) yang berada di appendix dan tidak bisa keluar.
Tanda-tanda appendicitis:
1)      Tanda yang utama ialah keluha nyeri yang menetap pada perut dan semakin lama semakin memburuk.
2)      Rasa nyeri mulai terjadi di sekitar pusar, tetapi segera nyeri tersebut berpindah kesisi kanan bawah.
3)      Mungkin selera makan menghilang, muntah, sembelit atau terdapat panas yang ringan.
C.Radang Kulit
Radang kulit, dermatitis, merupakan suatu gejala pada kulit saat jaringan terinfeksi oleh bakteri atau virus.
Ada beberapa tipe radang kulit, yaitu:
  1. sebhorrheic dermatitits
  2. atopic dermatitis (eczema)
  3. Kedua tipe tersebut sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan gejala yang terjadi.
Sesungguhnya penyakit ini tidak merupakan penyakit seumur hidup. Ia hanya akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan mengurangi penampilan diri. Kombinasi antara perawatan kesehatan mandiri dan pengobatan medis akan menghilangkan radang kulit.

D.Radang Sendi
sendi, osteoarthritis, adalah salah satu arthritis yang disebabkan oleh berkurangnya cartilage terutama di daerah persendian. Cartilage sendiri merupakan substansi protein yang menjadi semacam “oli” bagi tulang dan persendian. Ketika cartilage mengalami penurunan dalam jumlah, selanjutnya struktur tulang akan tergerus.
Penyakit ini sering menyerang mereka yang sudah berusia lanjut pada bagian sendi dan jemari. Persentase tertinggi bangsa yang paling banyak menderita radang sendi adalah:
1. Jepang
2. Afrika Selatan
3. China bagian Selatan
Penyebab radang sendi adalah bertambahnya kandungan air pada cartilage sehingga membuat jumlah proteinnya berkurang drastis.
Komplikasi yang mengikuti radang sendi adalah:
1. obesitas
2. Trauma yang berulang-ulang
3. Rasa nyeri pada tulang
4. Diabetes mellitus
5. Kelainan hormonal
Macam radang kronik
1.Radang Kronis Serosa
Eksudat serosa menetap dalam tubuh, jumlah limfosit bervariasi, akibat jejas ringan.
missal : gelembung kulit akibat luka balar derajat ringan. juga sebagai radang permulaan dari permukaan serosa sperti pleura, peritoneum
2.Radang Kronis Fibrotik
Penyembuhan   fibrosis, limfosit bervariasi, jejas lebih berat, kenaikan permeabilitas, molekul besar ikut keluar ( fibrin )missal : karditis rehumatika akuta dengan perikanditis fibrinosa eksudat fibrin dihilangkan dengan fibrinolisis àpengangkutan debris oleh makrofagàresolution. tetapi bila fibrin tidak dihilangkan akan menstimuli pertumbuhan proliferasi fibroblast dan pembuluh darah jaringan parut dan terjadi perlekatan dan gangguan fungsi alat tubuh, missal : pericardium dan epikardium, pleura parietalis-visceralis, peritoneum parietal-viscerale
3.Radang Kronis Supuratif
Resolusi dan drainase gagal, pus tertimbun, enkapsulasi fibrotik
pus : cairan kental, terdiri atau banyak sel-sel leukosit baik yang hidup/ yang mati dan jaringan nekrotik terutama yang dicairkan oleh jaringan-jaringan enzyme-enzym dari leukosit yang mati, seperti protease, peptidase, lipase dan fibrinolisin. disamping itu terdapat pula : cholesterol, letichin, lemak, sabun dll
ada organism tertentu yang menyebabkan suppurasi ( bacteri pyogenik ) : taphilococcus, basil gram, meningococcus, gonococcus, pneumococcus
pus : juga terbentuk akibat perlukaan bahan khemis tertentu, missal terpentin atau ag-nitrat
4.Radang Granulomatosa
Lesi proliferatif   kelompok sel epiteloid dikelilingi limfosit kadang dengan sel raksasa
n  Suatu bentuk khusus radang kronik dimana didapatkan predominasi makrofag yang aktif dengan modifikasi gambar sel epiteloid
n  Granuloma merupakan daerah fokal radang granulomatosa, yang terdiri atas agregasi makrofag yang bertransformasi menjadi sel seperti epitel, dikelilingi sebukan sel mononukleus terutama limfosit

Tanda-Tanda Radang
Tumor atau membengkak 
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudatmeradang (Abrams, 1995; Rukmono, 1973)
Calor atau menghangat
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memilikisuhu 37◦ C disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyakdaripada ke daerah normal (Abrams, 1995; Rukmono, 1973)
Dolor atau nyeri
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsangujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapatmerangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibatpembengkakan jaringan yang meradang (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
Rubor  atau memerah
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yangmengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriolayang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalirke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengandarah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merahlokal karena peradangan akut (Abrams, 1995; Rukmono, 1973)


Functiolaesa atau daya pergerakan menurun

Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belumdiketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yangmeradang (Abrams, 1995)



ASKEP BRONCHITIS
A. TINJAUAN TEORITIS
  1. PENGERTIAN
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
1.      ETIOLOGI
Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial yaitu :
  1. Rokok
  2. Infeksi
  3. Polusi
  4. Keturunan
  5. Faktor sosial ekonomi      

  1. PATOFISIOLOGI
    Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
    Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

  1. MANIFESTASI KLINIS
  1. Keluhan Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental.     
  2. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda – tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.

  1. PEMERIKSAAN FISIK
    Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang – kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda – tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang – kadang disertai kontraksi otot – otot pernafasan tambahan.

  1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
    1. Pemeriksaan radiologis
      Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.
      Corak paru bertambah
    2. Pemeriksaan fungsi paru
    3. Analisa gas darah
      Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)    
      Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
      Saturasi hemoglobin menurun.
      Eritropoesis bertambah.


  1. PENANGANAN
    Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :
    1. Menghindari merokok
    2.  Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
    3. Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.
    4. Nutrisi yang baik.
    5. Hidrasi yang adekuat.
    6. Terapi khusus (pengobatan).
    7. Bronchodilator
    8. Antimikroba
    9. Kortikosteroid
    10. Terapi pernafasan
    11. Terapi aerosol
    12. Terapi oksigen
    13. Penyesuaian fisik
    14. Latihan relaksasi
    15. Meditasi
    16. Menahan nafas
    17. Rehabilitasi

  1. Prognosis
    Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik waktu berobat.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
  1. Pengkajian.
    Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis
    1. Aktivitas/istirahat
      Gejala :      Keletihan, kelelahan, malaise.   
                        Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.    
                        Ketidakmampuan untuk tidur.    
                        Dispnoe pada saat istirahat.
      Tanda :      Keletihan
                        Gelisah insomnia Kelemahan umum/kehilangan massa otot.  
  1. Sirkulasi
    Gejala :      Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
    Tanda :      Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung


                  Distensi vena leher.
                  Edema dependent
                  Bunyi jantung redup.
                  Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
                  Pucat, dapat menunjukkan anemi.

  1. Integritas Ego
    Gejala :      Peningkatan faktor resiko
                      Perubahan pola hidup
    Tanda :      Ansietas, ketakutan, peka rangsang. 
  2. Makanan/cairan
    Gejala :      Mual/muntah.
                      Nafsu makan buruk/anoreksia   
                      Ketidakmampuan untuk makan         
  3. Hygiene
    Gejala :      Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
    Tanda :      Kebersihan buruk, bau badan.           
  4. Pernafasan
    Gejala :      Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan
                      Episode batuk hilang timbul.
    Tanda :      Pernafasan biasa / cepat.
                      Penggunaan otot bantu pernafasan
                      Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.
                      Bunyi nafas ronchi
                      Perkusi hyperresonan pada area paru.  
                      Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku 
  5. Keamanan
    Gejala :      Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan. 
                      Adanya/berulangnya infeksi. 
  6.  Seksualitas
    Gejala :      Penurunan libido        
  7. Interaksi sosial
    Gejala :      Hubungan ketergantungan
                      Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat 
                      Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
    Tanda :      Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress -
pernafasan Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
1.      Pemeriksaan diagnostik :
Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
TLC                            : Meningkat
Volume residu            : Meningkat.
FEV1/FVC                 : Rasio volume meningkat.
GDA                          : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
Bronchogram              : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran  duktus mukosa.   
Sputum                       : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.
            EKG                       : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.

  1. Diagnosa keperawatan   
    Kemungkinan Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
    1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
    2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
    3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
    4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
    5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
    6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
    7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
    8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.

  1. Perencanaan Keperawatan   
    1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
      Tujuan :
      Mempertahankan jalan nafas paten.
      Rencana Tindakan:   
      Auskultasi bunyi nafas
      Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
      Kaji/pantau frekuensi pernafasan.   
      Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.   
      Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir    
      Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.
    2. Observasi karakteristik batuk
      Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan    
      Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari   
      Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.
  1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
    Tujuan :
    Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
    Rencana Tindakan:   
    Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
    Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
    Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
    Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
    Auskultasi bunyi nafas.
    Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
    Awasi tanda vital dan irama jantung
    Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
    Awasi GDA    
    Rasional : PaCO­2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.   
    Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA    
    Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.  
  2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
    Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
    Rencana Tindakan:   
    Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
    Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
    Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
    Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
    Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan
    Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.      
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
    Tujuan :
    Menunjukkan peningkatan berat badan.
    Rencana Tindakan:   
    Kaji kebiasaan diet.   
    Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
    Auskultasi bunyi usus
    Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
    Berikan perawatan oral
    Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
    Timbang berat badan sesuai indikasi.
    Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
    Konsul ahli gizi
    Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.

  1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
    Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
    Rencana Tindakan:   
    Awasi suhu.   
    Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
    Observasi warna, bau sputum.
    Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
    Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
    Rasional : mencegah penyebaran patogen. 
    Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
    Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
    Berikan anti mikroba sesuai indikasi
    Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.
DAFTAR PUSTAKA
 
1.      Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002
2.      Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
3.      Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta.             
4.      Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.          



















 

Soal Peradangan

1.Apa yang di maksud dengan Radang ?
jawab : Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE
2. Bagaimana Tanda-tanda adanya Peradangan?
Jawab :Ditandai dengan adanya
  • tumor atau membengkak
  • calor atau menghangat
  • dolor atau nyeri
  • rubor atau memerah
  • functio laesa atau daya pergerakan menurun
3.Apa perbedaan Radang kronik dengan radang akut?
Jawab:  Perbedaannya dengan radang akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan (meliputi proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis) (Mitchell & Cotran, 2003).
4. Bagaimana Proses peradangan terjadi ?
Proses terjadinya peradangan yakni pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi. Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit. Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal
5. Mengapa Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan?
Jawab : Karena saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).

Soal Bronchitis


1.      Apa Bronkitis itu ?
Jawab: Bronkitis adalah peradangan pada bronkus, yaitu saluran yang mengalirkan oksigen ke dalam paru-paru dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa dari hasil oksidasi. Bronkitis bisa saja akut atau kronis
2.      Apa saja tanda dan gejala pada bronchitis akut dan kronis?
Jawab : Ada beberapa tanda dan gejala pada kondisi bronkitis akut dan kronis:
•    Batuk
•    Produksi mukus atau dahak (sputum) berlebih
•    Napas pendek
•    Napas berbunyi
•    Kelelahan
•    Demam dan menggigil
•    Dada sesak
3.      Apa yang menyebabkan penyakit bronchitis?
Jawab :
Peradangan yang terjadi didaerah ini disebabkan oleh basil atau virus dan berbagai zat polutan seperti zat kimia dari rokok atau asap rokok dan unsur polusi lainnya. Penyakit ini dibagi menjadi dua macam, yakni bronchitis biasa dan bronchitis kronis (menahun). Keduanya termasuk penyakit yang menular. Pada bronchitis biasa penyebab utamanya adalah basil, tidak ada unsur alergi dari si pen
4.      Apakah penyakit bronchitis itu menular ?
Jawaban :
gejala bronkhitis, penyebabnya karena alergi debu rumah yang membuat sering bersin-bersin, menjadikan radang di cabang paru-paru sepertinya tidak menular kalau tidak disebabkan kuman, kemungkinan sembuhnya akan cepat.
5.      Bagaimana cara pencegahan Bronkitis?
Jawab : Timbulnya bronchitis sebenarnya dapat dicegah, kecuali dalam bentuk congenital tidak dapat dicegah. Menurut beberapa literature untuk mencegah terjadinya bronchitis ada beberapa cara :
Pengobatan dengan antibiotic atau cara-cara lain secara tepat terhadap semua bentuk pneumonia yang timbul pada anak akan dapat mencegah ( mengurangi ) timbulnya bronchitis
Tindakan vaksinasi terhadap pertusis ( influenza, pneumonia ) pada anak dapat pula diartikan sebagai tindakan preventif terhadap timbulnya bronchitis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar